Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teknologi Yang Membunuh Para Generasi Bangsa

Teknologi  Yang Membunuh Para Generasi Bangsa

Teknologi Yang Membunuh Para Generasi Bangsa

Di era modern yang seperti sekarang ini dengan berkembangnya teknologi yang sudah tak mampu untuk di bendung lagi, banyak alat – alat canggih di luar sana yang mulai merambat pada kehidupan manusia. Banyak teknologi yang sebenarnya sudah tak mampu untuk di cerna oleh logika lagi dan akal sehat manusia teknologi yang mulia menghiasi segala kelap kelip dunia dan memberi cucian mata yang membuat angan – angan manusia untuk terus memiliki dan dapat menikmati hasil teknologi yang diciptakan oleh beberapa orang di belahan dunia ini.
Namun sayang, berkembangnya teknologi semakin membuat generasi penerus bangsa ini menjadi malas untuk melakukan segala sesuatu yang mengharuskan dan membutuhkan kinerja otak dan otot manusia, sekarang manusia malas untuk melakukan segala aktivitasnya karena sudah tersedia dan adanya teknologi yang canggih sekarang. Contohnya saja nih mahasiswa di seluruh belahan dunia, mahasiswa diberikan tugas oleh dosen yang seharusnya tugas tersebut dikerjakan dengan kemampuan dan kerja keras otak namun realita yang terjadi sekarang ini tugas yang diberikan oleh dosen dikerjakan oleh alat teknologi, semua kebutuhan dapat dicari disegala media sehingga semakin membuat manusia semakin malas.

Memang dengan hadirnya teknologi,

yaitu dengan tujuan untuk mampu mempermudah pekerjaan manusia, namun sekarang manusia sudah percaya dan yakin bahwa tugasnya bisa dikerjakan oleh teknologi, untuk apa adanya teknologi kalau akan semakin membuat manusia malas dan tidak mampu lagi untuk mengerjakan segala sesuatu, teknologi hanyalah alat bantu untuk mempermudah pekerjaan manusia, sehingga manusia bisa menyelesaikan segala kegiatan dan aktivitasnya dengan sempurna dan sangat memuaskan.
Memang betul apa yang dikatakan oleh Alberlt Eistein " Saya takut berkembangnya teknologi akan semakin membuat manusia malas untuk melakukan segala aktivitasnya ", tak ada yang salah dengan ucapan sang profesor tersebut, bisa kita lihat sekarang ini apa – apa selalu dikerjakan oleh alat teknologi, manusia hanya mengambil keuntungan saja dari adanya teknologi ini, manusia membuat dunia ini hancur dengan alat canggih, alat teknologi membuat banyak generasi hancur dan rusak, apa yang diharapkan dari generasi yang pada awalnya hanya bisa memanfaatkan ciptaan.
Globalisasi merupakan suatu hal yang sudah tidak dapat dihindari lagi dan pasti terjadi. Globalisasi itu tidak hanya memberikan implikasi dalam aspek ekonomi, namun dalam segala aspek yang pada akhirnya membuat masyarakat harus beradaptasi. Perubahan teknologi informasi memungkinkan berita – berita internasional diketahui seluruh dunia hanya dalam beberapa saat.
Tomlinson (1999) mengutarakan globalisasi dalam dua sisi. Pertama, globalisasi dapat membawa keuntungan kepada sesuatu negara karena globalisasi telah membuat dunia terasa dekat sekali. Jarak individu antara satu negara dengan negara lain sudah tidak ada batasan lagi. Perkembangan alat teknologi komunikasi seperti radio, televisi, video, internet telah membuat individu begitu mudah menjangkau wilayah orang lain. Kedua, globalisasi dapat membawa keburukan kepada sesuatu negara, sebab ia akan menimbulkan imperalisme baru terhadap budaya sesuatu bangsa.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang telah dijelaskan oleh Tomlinson memang telah menjadi imperialism baru, tidak hanya dalam dunia ekonomi, social dan budaya namun juga dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan kemajuan teknologi memiliki peran yang sangat penting.

Pendidikan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI)merupakan sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Sedangkan, menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan merupakan suatu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya ialah bahwa pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada peserta didik agar sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang setinggi-tingginya.
Pada zaman dahulu pendidikan masih menggunakan sistem pembelajaran yang manual dan masih sangat sederhana. Pembelajaran yang dilakukan juga masih bersifat teacher centeratau bisa dikatakan siswa berperan pasif dengan mendengarkan apa yang diterangkan guru tanpa perlu berperan aktif seperti kurikulum 2013 saat ini. Kemudian, dahulu belum ada teknologi canggih yang mendukung pembelajarannya. Guru menerangkan dan menuliskan materi di papan tulis, tidak seperti sekarang yang menggunakan proyektor dalam pembelajarannya.
Hal tersebut membuktikan bahwa perkembangan pendidikan juga di pengaruhi oleh teknologi. Namun, perkembangan teknologi yang semakin maju ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam dunia pendidikan, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif bagi masyarakat, lebih khusus bagi siswa. Dengan teknologi yang semakin canggih ini, siswa dapat dengan mudah mencari informasi-informasi dari penjuru dunia.
Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh kecanggihan teknologi tersebut sejatinya juga malah akan membuat siswa semakin tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Why?Karena dengan kecanggihan teknologi informasi mereka tidak perlu untuk bertatap muka langsung dengan orang lain, cukup dengan handphone mereka bisa melakukan segala hal.Handphonejugaberisi fitur-fitur dan aplikasi-aplikasi yang dapat menarik perhatian banyak kalangan dan sangat membantu.  Saat ini bisa dikatakan bahwa seorang siswa tidak akan bisa hidup tanpa handphone-nya. Apalagi di kalangan siswa SMA, jika tidak membawa handphone sebentar saja akan mebuat mereka kalang kabut, padahal jika mereka tidak membawa buku tulis atau buku paketnya ke sekolah mereka akan santai saja. Inilah yang membuat generasi muda zaman sekarang kurang dapat dikatakan kurang berikhtiar dalam mencari ilmu.  .
Ironisnya lagi anak-anak SD zaman sekarang akan lebih memilih menggunakan HP untuk bermain game online dari pada berlari-lari mengejar layangan, melakukan permainan lompat tali, gobak sodor dan lain sebagainya. Kecenderungan anak menggunakan game online tersebut berakibat buruk bagi mereka, karena akan mengurangi kepedulian sosial mereka. Fitur game online memang sudah berisi permainan- permainan seperti di dunia nyata, namun jika anak tidak menerapkannya secara langsung akan mengurangi kemampuan anak. Permainan seperti gobak sodor dan lain-lain yang sebenarnya berguna dalam meningkatkan nilai kerjasama, gotong royong dan serta kecerdasan anak
Kecanggihan teknologi memang membantu memudahkan siswa dalam belajar, namun kecanggihan ini akan membuat mereka malas untuk membaca karena materi bisa di dapat dari internet tanpa harus memfoto kopi, menulis ataupun membeli buku. Hal ini akan mengakibatkan turunnya minat baca siswa, belum lagi dengan adanya social media yang menambah kemalasan mereka. Social mediayang tersedia dalam berbagai versi akan membuat siswa kecanduan menggunakannya. Bahkan saat mereka berniat untuk mengerjakan tugas sekalipun, jika mereka sudah membuka internet mereka pasti tidak akan lupa untuk sekedar menengok akun social medianya.

Berikut alasan mengapa teknologi justru menurunkan kemampuan otak kita:

  1. Menurunkan fokus
Ketika berada di daerah yang tidak kita kenal, global positioning system (GPS) memang memberi oase. Banyak kisah yang menceritakan orang-orang yang selamat berkat GPS saat mereka tersesat, seperti orang-orang yang selamat saat tersesat di Islandia atau seorang pengemudi truk yang berhasil tiba di sebuah cottage di Inggris saat sama sekali tidak tahu arah. Sayangnya, GPS justru menurunkan daya fokus otak kita. Dilansir dari riset yang dipublikasikan oleh Journal of Cognitive Neuroscience 2012, otak kita memiliki kapasitas yang terbatas untuk memproses informasi dalam satu waktu. Nilli Lavie seorang peneliti dari University of London Institute of Cognitive Neuroscience menerangkan bahwa GPS menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan lalu lintas. "Saat mata kita tertuju pada layar GPS, maka tingkat fokus kita terhadap keadaan di sekitar berkurang. Inilah yang menjadi penyebab kecelakaan," tambah Nill.
  1. Konsentrasi buyar
Sains membuktikan bahwa mendengarkan percakapan sepotong-sepotong, misalnya orang yang sedang bicara lewat telepon, ternyata lebih mengganggu daripada mendengarkan orang berkomunikasi secara langsung. Penelitian dari Universitas San Diego, California, menyebut kondisi itu dengan Halfalog (keadaan di mana seseorang seperti mendengar percakapan lewat telepon terus-menerus).  Seorang psikolog dari Universitas San Diego,California, Veronica Van Galvan, menerangkan bahwa saat kita mendengarkan seseorang berbicara, secara tidak langsung perhatian kita tertuju padanya dan berusaha mengerti konteksnya. "Kondisi inilah yang menjadi penyebab buyarnya konsentrasi kita secara alamiah," katanya.
  1. Memperburuk tata bahasa
Jika Anda sering melakukan kesalahan dalam menulis (typo), bisa jadi Anda telah terserang dampak negatif dari perangkat gadget. Fitur auto correct (fitur untuk memperbaiki kesalahan ejaan saat menulis pesan) terkadang malah membuat kesalahan dalam penulisan. Otak kita cukup ahli memahami sebuah kata yang keliru menjadi kata yang dimaksud, asalkan huruf pertama dan akhirannya sama. Jadi, kita pun tetap bisa memahami maksud pesan yang disampaikan orang lain kepada kita walau sebenarnya itu sebuah kesalahan penulisan. Typo itu terkadang bisa menjadi lelucon tersendiri, tetapi terlalu banyak melakukan kesalahan justru pertanda bahwa Anda adalah orang yang ceroboh. 
  1. Mudah percaya hoax
Sebelum hadirnya media sosial, kita mendapatkan berita lewat tabloid, koran, atau majalah dengan sumber berita yang kredibel. Kini kehadiran media sosial telah menggantikan semuanya. Namun sayangnya, sebagian besar berita yang tersebar di media sosial ini tidak jelas sumber informasinya darimana. Dan kita justru dengan mudah untuk memercayainya.
  1. Kesulitan bicara
Penelitian yang dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmu Akademik Pediatrik 2017 menemukan fakta bahwa ada kaitan antara perkembangan kemampuan bicara balita dan jumlah waktu penggunaan ponsel. Para ilmuwan mengungkapkan bahwa 50 persen bayi berusia kurang dari 3 tahun mengalami risiko lambat bicara dalam setiap penggunaan ponsel berdurasi 30 menit. Itu sebabnya para dokter anak di Amerika menyarankan agar bayi di bawah 18 bulan tidak boleh menggunakan gadget sama sekali. Di usia lebih dari 18 bulan, penggunaannya juga harus tetap dibatasi.
Oleh karena itu bangun lah generasi yang hebat, diera modern yang sekarang ini harusnya kalian itu mampu memanfaatkan alat canggih sebagai alat yang hanya membantu pekerjaan kalian semua, bukan mengerjakan semua pekerjaan mu, generasi yang cerdas adalah generasi yang mampu memanfaatkan teknologi secara maksimal dan menimalisir angka yang salah dari adanya teknologi, bangun lah generasi bangsa sekarang era teknologi bahkan zaman purba yang selalu mengerjakan pekerjaan dengan bantuan alat, sehingga kelak teknologi bisa bermanfaat dengan baik di era selanjutnya.

Posting Komentar untuk "Teknologi Yang Membunuh Para Generasi Bangsa"

Iklan Bawah Artikel