Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Memandang Setiap Jurusan Sebelah Mata

Jangan Memandang Setiap Jurusan Sebelah Mata

Jangan Memandang Setiap Jurusan Sebelah Mata
Penulis berpendapat bahwa semua fase sekolah setiap anak kebanyakan atau banyak dialami dimulai dari fase PAUD ( Pendidikan Anak Usia Dini ) pada anak yang berumur 3 - 5 tahun akhir dari masa balita seorang anak, lalu dilanjutkan dengan masuk TK ( Taman Kanak-Kanak ) 5 - 6 tahun atau setelah anak mengakhiri masa balita nya, banyak perdebatan antara PAUD dan TK, tapi dibalik semua perdebatan itu ada 1 tujuan yang penting dibalik itu semua, yaitu dengan tujuan yang dilakukan pemerintah melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Setelah anak lulus atau dapat menyelesaikan masa TK nya, setelah nya fase yang akan dijalani nya adalah fase SD ( Sekolah Dasar ), untuk di fase ini sang anak minimal harus berumur 7 tahun untuk melanjutkan ke dalam fase ini ( SD ). Setelah lulus, sang anak bisa melanjutkan ke dalam fase sekolah SMP ( Sekolah Menengah Pertama ) dan penulis berpendapat, apabila ingin masuk ke fase SMP, sang anak harus berumur 12-15 tahun. Setelah itu, sang anak bisa melanjutkan ke fase SMA atau SMK, sesuai dengan pilihan sang anak ingin melanjutkan kemana. Fase ini sang anak berumur 15 tahun paling ideal. Dan setelah itu, sang anak bisa melanjutkan untuk melanjutkan sekolah lagi yaitu di dunia perkuliahan atau tidak. Tapi disini penulis akan terfokus pada anak yang sedang SMA dan yang melanjutkan perkuliahan.
Semua fase fase yang penulis sudah sebutkan diatas adalah sekolah - sekolah atau jenjang pendidikan yang sudah penulis sampaikan, semuanya berada dalam naungan Lembaga Pendidikan. Kalau kita lihat dari kacamata sosiologi, penulis akan menjabarkan bahwa lembaga pendidikan memiliki fungsi manifest ( fungsi yang nampak atau terlihat) dan fungsi laten ( fungsi tersembunyi atau terselubung).
Fungsi manifest ( nyata ) dari lembaga pendidikan dilihat dari kacamata sosiologi, yaitu :
  1. Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
  1. Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
  1. Melestarikan kebudayaan.
  1. Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Sedangkan untuk fungsi laten lembaga pendidikan ( terselubung atau tersembunyi ), yaitu :
  1. Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah. Dikarenakan saat anak bersekolah, yang bertanggung jawab adalah pihak sekolah.
  1. Memperpanjang masa remaja. Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.
  1. Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal itu tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
Penulis sekarang berada di kelas 3 SMA, dan bersekolah di Kota Tangerang. Penulis berada di SMA dan berada pada jurusan IPS, yaitu jurusan yang memiliki pandangan jelek di setiap omongan masyarakat. Yang mempunyai stigma buruk di masyarakat. Yang akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat. penulis mendengar semua pendapat masyarakat tentang anak IPS "anak yang gapunya masa depan" what apa? Lelucon apa ini hahaha. Dan yang berada pada jurusan IPA adalah jurusan yang dibanggakan oleh masyarakat, keluarga, dan selalu menjadi stigma baik dalam pandangan masyarakat.
Tapi bagi yang berada di jurusan IPS, jangan berkecil hati, kita bisa kok membungkam semua omongan di masyarakat ! , Tau gak dengan cara apa? Hanya dengan 1 cara, yaitu dengan menorehkan banyak prestasi di sekolah dan di luar sana. Penulis adalah orang yang menggunakan cara tersebut untuk membungkam semua perbincangan yang buruk tentang anak yang masuk jurusan IPS. Kita bisa kok membungkam semua pandangan buruk bahwa anak IPS itu blablabla. Asalkan kita punya niat !
Penulis sudah pernah menjuarai olimpiade sejarah dengan menorehkan juara 2 se-jabodetabek, dan juara 1 lomba pidato di tingkat sekolah. Menurut penulis itu merupakan sesuatu hal yang sangat luar biasa untuk anak IPS, bukan? Di sekolah penulis belum pernah ada yang menorehkan seperti itu untuk anak yang berjurusan IPA. Penulis berniat dan bertujuan untuk menghilangkan stigma tersebut di masyarakat. Dan solusi bagi yang berada di jurusan IPA yaitu sampai kalah ya dengan kebangkitan anak IPS dan terus bersemangat bagi yang berada di jurusan IPA !
Kesimpulan jurusan yang berada di jenjang SMA yaitu setiap jurusan memiliki kelebihan dan kekurangan nya masing masing pada setiap jurusan. Tergantung bagaimana dengan kita menyikapi keadaan tersebut, dan bagaimana sikap kita mengubah kekurangan kita itu menjadi sebuah kekuatan.
Sekarang penulis akan berbagi cerita mengenai jurusan yang berada di dunia perkuliahan. Banyak juga stigma di masyarakat yang memiliki pandangan buruk untuk sebuah jurusan yang mempunyai tingkat pekerjaan di dunia luar dengan persentase mendapat pekerjaan yang minim. Disini penulis akan tegaskan sekali lagi setiap jurusan memiliki kelebihannya masing - masing.
Memilih jurusan kuliah adalah problem yang perlu kamu lewati sebelum menjadi mahasiswa. Memilih jurusan yang tepat sangatlah penting untuk prestasi kamu di masa depan, untuk membuat kamu terus termotivasi untuk mencapai yang terbaik dan menikmati apa yang kamu lakukan setiap hari dan setiap saat.

Bagaimana cara memilih jurusan yang tepat?

Para psikolog menyarankan sebaiknya mengenali diri sendiri terlebih dahulu sebelum memilih jurusan. Kamu bisa memulai dengan memikirkan kembali apa yang kamu suka, apa kelebihanmu, apa kekurangan mu, keahlian yang kamu miliki, dan karir seperti apa yang ingin kamu tekuni di masa depan nanti.
Jangan pernah memandangnya sebelah mata. Pandangan masyarakat tentang sebuah jurusan tertentu masih saja  mata. Contohnya saja jika anak ingin memilih jurusan seni rupa, pasti banyak orang tua yang menolak anaknya untuk masuk ke dalam jurusan tersebut. Banyak faktor yang membuat orang tua menolak salah satunya “nanti kalau lulus mau jadi apa?" “cari jurusan yang jelas aja." "cari jurusan yang bisa dibanggakan keluarga dong!" "cari jurusan yang mampu dibicarakan orang banyak dong biar dapet pandangan baik", Duh! Seburuk itukah jurusan tersebut ?
Banyak masyarakat yang memandang kalau jurusan yang memiliki prospek lulus yang jelas yaitu jurusan kedokteran, teknik, arsitek, hukum, manajemen, akuntasi dan jurusan bergengsi lainnya.  Bahkan psikologi pun belum masuk ke dalam jurusan yang patut diperhitungkan oleh orang tua. Masyarakat selama ini selalu memandang hal yang salah tentang jurusan yang tidak mempunyai prospek lulus yang tidak jelas.
Sebenarnya semua jurusan memiliki prospek lulus yang jelas tergantung individunya masing - masing. Bahkan jurusan termahal kalau individunya belum bisa mencari dengan jelas maka ujung ujungnya akan menjadi pengangguran. Mulai sekarang ubah pandangan tentang memandang jurusan, semua jurusan punya prospek yang jelas!
Bahkan dalam memiliih sebuah jurusan di dunia perkuliahan, orang tua harus bertengkar dengan sang anak dalam memilih jurusan yang akan di tempuh oleh sang anak. Orang tua mengarahkan sang anak untuk memilih jurusan. Sedangkan sang anak, ingin memilih sebuah jurusan yang enak atau nyaman dalam menjalani nya.
Orang tua mengarahkan sang anak dengan tujuan sang anak mampu menjadi "orang" saat lulus dari dunia perkuliahan. Sedangkan sang anak, ingin memilih sebuah jurusan yang mampu membuat nya nyaman dalam sebuah jurusan maupun di dunia pekerjaan yang mampu membuat nya nyaman.
Dampak bagi sang anak apabila salah dalam memilih jurusan saat di dunia perkuliahan, yaitu :
  1. Problem Psikologis
Mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat, bakat dan kemampuan, merupakan sebuah pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, apalagi kalau itu bukan kemauan / pilihan dari sang anak, tapi desakan orang tua. Belajar karena terpaksa itu akan sulit dicerna otak karena sudah ada blocking emosi. Kesal, marah, sebal, sedih, dan kecewa itu semua sudah memblokir efektivitas kerja otak dan menghambat motivasi.
  1. Problem Akademis
Problem akademis yang bisa terjadi jika salah mengambil jurusan kuliah yaitu, seperti prestasi yang tidak optimum, banyak mengulang mata kuliah yang berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi, kesulitan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, dan buntutnya adalah rendahnya nilai indeks prestasi.
  1. Problem Relasional
Salah memilih jurusan kuliah membuat anak tidak nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa tidak mampu menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan, ia pun merasa minder karena merasa dirinya bodoh, hingga pada akhirnya sang anak menjaga jarak dengan teman nya yang lain, semakin menjadi pendiam, menarik diri dari pergaulan di luar sana, lebih senang mengurung diri di kamar, takut bergaul karena takut kekurangannya diketahui, dan sebagainya.
Mencari informasi secara detil mengenai jurusan yang diminati.
Sebelum memilih jurusan, hendaknya sang anak mempunyai informasi yang luas dan detil, mulai dari ilmunya, mata kuliahnya, praktek lapangan, dosen, universitasnya, komunitas sosialnya, kegiatan kampusnya, biaya, alternative profesi kerja, kualitas alumninya, dan sebagainya. Apabila melirik dari kualitas alumni nya, pasti setiap alumni berbeda - beda kualitas yang dipunyai nya, karena setiap orang berbeda beda, beda kepala sudah tentu beda pemikiran.
Oleh karena itu, sang anak tidak boleh salah dalam memilih jurusan di dunia perkuliahan karena dampak yang akan di hadapinya nya akan sangat fatal. Lebih baik sang anak dengan orang tua berbicara dengan baik dalam hal sang anak memilih jurusan apa yang akan ditempuhnya, apabila kita sudah yakin dalam memilih sebuah jurusan, tugas kita hanya satu yaitu sebabnya kita harus buktikan kepada dunia bahwa semua jurusan itu mempunyai kelebihan nya masing masing, dan bagaimana cara mengubah sebuah kekurangan nya menjadi sebuah kekuatan atau kelebihan itu tergantung kita menyikapi nya dalam hal seperti itu.
Kesimpulan dari penulis yaitu memilih jurusan kuliah pada dasarnya merupakan sebuah proses yang sudah dimulai sejak masa anak-anak. Kesempatan, stimulasi, pengalaman apa saja yang diberikan pada anak sejak kecil secara optimum dan konsisten, itu akan menjadi bekal, modal dan fondasi minat dan bakatnya. Semakin banyak dan luas exposure - nya, semakin anak tahu banyak tentang dirinya, tapi semakin sedikit exposure -  nya, semakin sedikit juga pengetahuan anak tentang dirinya.

Posting Komentar untuk "Jangan Memandang Setiap Jurusan Sebelah Mata"

Iklan Bawah Artikel